Sunday, January 1, 2012

Sejarah Amatir Radio di Indonesia

Sejarah Amatir Radio di Indonesia

YBØBY, R.A.J. Lumenta, SK 
Buku Panduan Musyawarah ORARI Lokal Tanjung Priok 1999

Kegiatan Amatir Radio merupakan kegiatan orang-orang yang mempunyai hobi di bidang teknik transmisi radio dan elektronika.
Kegiatan ini sudah ada sejak teknik transmisi radio ditemukan dan karena kegiatan ini menggunakan peralatan dan juga media spektrum gelombang elektromagnetik yang menyangkut kepentingan kehidupan manusia di alam semesta ini, kegiatan ini disahkan, diatur dan diawasi secara global, baik oleh badan telekomunikasi nasional di setiap negara mau pun badan-badan telekomunikasi internasional (ITU dan IARU).

Para Amatir radio sedunia sadar bahwa kegiatan ini harus dilakukan secara tertib dan benar menurut kaidah hidup manusia dan peraturan yang berlaku baik secara nasional dan internasional, oleh karena itu dalam melakukan kegiatannya, mereka selalu berlandaskan Kode Etik Amatir Radio.
Di Indonesia, kegiatan amatir radio sudah ada sejak awal abad ke-20. Semasa perang kemerdekaan RI, para amatir radio di Indonesia juga aktif berjuang dengan peralatan dan keahliannya. Mereka bergabung di dalam wadah Persatoean Amateur Repoeblik Indonesia (PARI). Namun di jaman ORLA –sehubungan dengan diberlakukannya SOB– kegiatan ini dilarang.

Terbentuknya Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia.
Nara Sumber: RAJ Lumenta, Engkus, Herry Sembel,Hasan koesoema Ardiwinata, MI Khadja, Willy A. Karamoy.
Terbentuknya ORARI boleh dikatakan berawal di Jakarta dan Jawa Barat; pulau Jawa secara umum; diprakarsai oleh kegiatan aksi mahasiswa, pelajar dan kaum muda. Di awal tahun 1965, sekelompok mahasiswa publistik yang tergabung dalam wadah KAMI membentuk radio siaran perjuangan, Radio Ampera. Mulai saat itu, bermunculan radio siaran lainnya seperti Radio Fakultas Teknik UI, Radio Angkatan Muda, Radio Kayu Manis, Radio Draba dan lainnya. Sudah tentu semua radio siaran itu merupakan radio siaran yang tak memiliki ijin alias radio gelap.
Sadar karena semakin banyaknya radio siaran bermunculan; mereka memerlukan koordinasi demi tercapainya perjuangan ORBA maka ditentukanlah pada tahun 1966 oleh para mahasiswa suatu wadah yang diberi nama PARD (Persatuan Radio Amatir Djakarta) di antaranya terdapat nama-nama koordinator seperti: Willy A. Karamoy, Ismed Hada, Rusdi Saleh dan lain-lain. Di Bandung terbentuk PARB. Bagi anggota yang hanya berminat dalam bidang teknik radio wajib menempuh ujian teknik dan bagi kelompok radio siaran di samping perlu adanya perangkat yang telah diuji, juga wajib menempuh ujian teknik siaran dan publisistik. Kesemuanya diberi callsign menggunakan prefix X, kode area 1 s/d 11 serta suffix 2 huruf, sedangkan huruf suffix pertamanya mengindentifikasikan tingkat keterampilannya A sampai F, misalnya X6AM dan X11CB. Radio siaran diberi suf- fix 3 huruf. Pada mulanya PARD merupakan wadah bagi para amatir radio dan sekaligus radio siaran. Pada saat itu, secara salah masyarakat mengindentikkan radio amatir sebagai radio siaran non RRI. Karena adanya tingkat ketrampilan, PARD pada saat itu juga  menyelenggarakan ujian kenaikan tingkat.

Di samping itu ada juga para amatir radio era 1945 – 1952 yang tergabung dalam PARI (Persatoean Amatir Repoeblik Indo- nesia, 1950). Di antaranya, terdapat nama- nama: Soehodo, Alm (YB0AB), Dick Tamimi,
Alm (YB0AC), Soehindrio (YB0AD), Agus Amanto (YB0AE), B. Zulkarnaen, Alm (YB0AU), Koentojo, Alm (YB0AV) dan lainnya. Di antara mereka ternyata ada juga yang menjadi anggota PARD seperti Agus Amanto (YB0AE) dan B. Zulkarnaen, Alm (YB0AU).

Penertiban
Demi ketertiban pemakaian frekuensi di Jakarta pada pertengahan 1967, atas prakarsa Bambang Soehadi, Alm, selaku Kahubdam V Jaya, diberlakukan wajib daftar bagi setiap amatir radio dan broadcaster di HubDam V Jaya dengan rekomendasi dari PARD. Masa berlakunya surat tanda pendaftaran adalah 3 bulan (surat tanda daftar baru keluar lk. bulan Juni 1968).
Pada akhir tahun 1967, atas prakarsa Dr. Robiono Keropati, Alm, selaku ketua Dewan Telekomunikasi, Koentojo, Alm (YB0AV) selaku sekretaris Dewan Telkom dan Soerjadi, Alm (YB0AZ) selaku Kahubad telah di undangkan Peraturan Presiden (PP) No. 21 yang mengatur Kegiatan Amatir Radio di Indonesia.

ORARI Nasional
Atas dasar PP No. 21/1967 pada tanggal 9 Juli 1968 di lingkungan Sekretariat Negara pada waktu itu dan tanpa kesibukan yang menonjol, dengan dihadiri sejumlah calon anggota yang berdomisili terutama di Pulau Jawa, terbentuklah ORARI. Praktis pada awalnya hanya mencakup pulau Jawa yang terdiri atas 4 Region yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ketua ORARI Nasional dijabat oleh Koentojo, Alm (YB0AV).

Dengan terbentuknya wadah yang sah, para Amatir Radio merasa lega karena bisa secara sah melakukan kegiatannya. Tenaga penguji di Dewan Telkom saat itu sangat terbatas dan hanya diperuntukkan untuk menguji calon operator dan markonis radio. Dewan belum mungkin menyelenggarakan ujian untuk calon anggota ORARI. Untuk kebutuhan ini ORARI diberi wewenang sementara untuk menyelenggarakan ujian amatir radio mandiri bagi calon anggotanya. Untuk mengurus keperluan perizinan seluruh anggota ORARI, telah ditunjuk wakil tetap ORARI di Dewan Telekomunikasi RI yaitu Herry Sembel (YB0BR) dan Hasan Koesoema (YB0AH).

Dengan terbentuknya ORARI, terjadilah masa transisi dalam meletakkan istilah amatir radio pada tempatnya di masyarakat. Banyak di antara pengurus terutama di daerah, mengidentikkan kegiatan amatir radio dengan Radio Siaran non RRI. Hal ini terlihat dengan adanya radio-radio siaran dan badan- badan usaha yang melegalitaskan kegiatan siaran/komunikasi usahanya dengan merekrut anggotanya menjadi menjadi anggota ORARI. Untuk mempersingkat masa transisi ini serta mencegah jangan ada lagi suatu badan radio siaran atau badan lainnya mengajukan permohonan menjadi anggota ORARI, pada bulan Pebruari 1969, Koentojo, Alm, selaku sekretaris Dewan Telekom menugaskan Engkus selaku staff Dewan Telekom dan Hasan Koesoema selaku wakil tetap ORARI di Dewan Telekom untuk memberikan pengarahan pada pembina dan pengurus ORARI di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari hasil pengarahan dan pengamatan itulah Imam Poerwito selaku Kahubad Kodam Diponegoro dan selaku ketua ORARI Jawa Tengah, sudah sejak awal membuat langkah-langkah antisipasi seperti melakukan screening ketat calon anggotanya melalui ujian dan ini dibuktikan dengan mendominasinya kegiatan ORARI Semarang oleh anggotanya yang melakukan kegiatan amatir tulen, seperti pemancar rakitan sendiri dan sebagainya. Di Jawa Timur, baru setelah diberikan pengarahan pembina ORARI, mereka baru menyadari akan pandangannya yang keliru tentang kegiatan amatir radio.


ORARI di DKI Jakarta                                                                                                                                
Terbentuknya  ORARI  Daerah  DKI  Jakarta  dan anggotanya terdiri atas mereka yang tergabung dalam PARI dan PARD, dengan ketua Willy A. Karamoy (YB0BV), dibantu aktivis lainnya seperti M.S. Tamimi, Alm (YB0AC), Soehindrio (YB0AD), B. Zulkarnaen, Alm (YB0AU), Sutikno Boechari (YB0AG), Hasa                                                                
Koesoema (YB0AH), John H. Kertayasa, Alm (YB0AR), Herry Sembel (YB0BR), RAJ Lumenta (YB0BY) dan lainnya.                                                 
ORARI Daerah DKI Jakarta secara praktis mewakili daerah lainnya di Dewan Telekomunikasi. Kegiatan ujian diketuai oleh Soetikno boechari (YB0AG), bahan ujian meliputi teori/praktek bidang teknik dan operating procedure serta CW. Kegiatan ujian dilakukan 1 bulan sekali. Sampai saat ini, kepengurusan ORARI Daerah DKI Jakarta sudah beberapa kali berganti, diawali dengan Soewondo, Alm (YB0AT), M. I. Khadja (YB0BU), Barata, Alm (YB0AY) dan T. Zulkarnaen (YB0BZT).
Pada masa kepemimipinan YB0BU, terjadi booming anggota sekitar tahun 1978, banyak anggota masyarakat mendadak ingin menjadi anggota amatir radio bahkan dengan segala cara. Karena adanya anggota yang fested interest, terjadilah krisis kepercayaan berupa usaha menjatuhkan pengurus ORARI Daerah DKI Jakarta dan berkat azas musyawah mufakat di antara para aktivis, krisis tersebut dapat diatasi dengan baik. Setelah itu, penyelenggarakan ujian diserahkan kembali kepada Departemen Telekomunikasi.


Jawa Barat, Bandung
Di Jawa Barat pada awalnya bermula di Bandung dengan wadah PARB (Persatuan Amatir Radio Bandung) yang kemudian berubah menjadi PARI yang meliputi seluruh wilayah Jawa Barat dan kemudian berubah menjadi ORARI Regional 1 dengan ketua Tom Patah, Alm (YB1ZA) yang dibantu oleh pengurus seperti Yos Urbanus Kaseger, Alm (YB1AG), Ikin Mansur (YB1AB), Robin Kain, Alm (YB1KW), Darya, Alm (YB1CR), Soeyoto (YB1AY), Moehartono (YB1PG) dan lainnya.

Jawa Tengah
Anggotanya terdiri dari mereka yang tergabung dalam PRAI dengan Imam Poerwito (YB2AB) sebagai ketua dibantu aktifis lainnya seperti Djahari (YB2AG), Soeyono Alm (YB2AU) dan lainnya.

Jawa Timur
ORARI terbentuk dengan pembina dipegang oleh Telwe, Ketua oleh Soegeng Soenarjo (YB3AB), dibantu oleh Putu Wijaya (YB3AD), Wilson (YB3DC), Soepardi (YB3DD) dan lainnya.

YBØBY, R.A.J. Lumenta, SK 

No comments:

Post a Comment